SOE HOK
GIE
"Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar yaitu kebenaran."
-Soe Hok Gie-
Sudah Lama tidak ngepost jadi bingung mau ngepost apa, akhirnya tertarik untuk memposting sosok Soe Hok Gie, salah satu tokoh inspirasi saya. Siapa sih dia?Waktu ikut pelatihan di Bogor beberapa waktu lalu, namanya sering disebut, ternyata dia adalah sosok fenomenal sekaligus sahabat karib Prabowo Subianto. Sosoknya sangat terkenal karena tulisannya yang sangat kritis terhadap pemerintah orde lama dan orde baru meskipun ia meninggal dalam usia muda namanya sangat dikenal dikalangan para aktivis karena tulisan-tulisan dan pemikirannya yang sangat fenomenal. Bahkan Sutradara Riri Reza pun pernah membuatkan film biografi berjudul "GIE" (2005) untuk mengenangnya.
Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit seorang novelis dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman.
Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Soe Hok Gie kecil sudah mulai menekuni karya -karya sastra yang serius, hingga dia dewasa. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.
Gie adalah pembaca buku ‘4 Profile of Courage’nya John F Kennedy. Ia lahap kisah keberanian sosok-sosok yang membela prinsip kebenaran dan berani melawan arus massa dan partainya sendiri. Gie mengaku mendapatkan pelajaran bahwa sosok-sosok seperti ini kerap kalah, diasingkan, dicaci, dan memilih kematian daripada mengkhianati keyakinannya sendiri. Gie dengan sadar mengakui, buku John F Kennedy itu sedikit-banyak mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya .
Soe Hok Gie dan sang kakak berhasil lulus SMA dengan nilai tinggi. Kemudian kakak beradik ini melanjutkan ke Universitas Indonesia. Soe Hok Gie memilih ke fakultas sastra jurusan sejarah , sedangkan Hok Djin masuk ke fakultas psikologi.
Di masa kuliah inilah Gie menjadi aktivis kemahasiswaan. Banyak yang meyakini gerakan Gie berpengaruh besar terhadap tumbangnya Soekarno dan termasuk orang pertama yang mengritik tajam rezim Orde Baru.
Selain itu juga Gie ikut mendirikan Mapala UI. Salah satu kegiatan pentingnya adalah naik gunung. Pada saat memimpin pendakian gunung Slamet 3.442m, ia mengutip Walt Whitman dalam catatan hariannya, "Now I see the secret of the making of the best person. It is to grow in the open air and to eat and sleep with the earth".
Pemikiran dan sepak terjangnya tercatat dalam catatan hariannya. Saya sangat kagum dengan pikiran-pikirannya tentang kemanusiaan, tentang hidup, cinta dan juga kematian. Tahun 1968 Gie sempat berkunjung ke Amerika dan Australia, dan piringan hitam favoritnya Joan Baez disita di bandara Sydney karena di anggap anti-war dan komunis. Tahun 1969 Gie lulus dan meneruskan menjadi dosen di almamaternya.
Bersama Mapala UI Gie berencana menaklukkan Gunung Semeru yang tingginya 3.676m. Sewaktu Mapala mencari pendanaan, banyak yang bertanya kenapa naik gunung dan Gie berkata kepada teman-temannya:
"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung."
8 Desember sebelum Gie berangkat sempat menuliskan catatannya: "Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya. Setelah saya mendengar kematian Kian Fong dari Arief hari Minggu yang lalu. Saya juga punya perasaan untuk selalu ingat pada kematian. Saya ingin mengobrol-ngobrol pamit sebelum ke semeru. Dengan Maria, Rina dan juga ingin membuat acara yang intim dengan Sunarti. Saya kira ini adalah pengaruh atas kematian Kian Fong yang begitu aneh dan begitu cepat."
Hok Gie meninggal di gunung Semeru tahun 1969 tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-27 akibat menghirup asap beracun di gunung tersebut. Dia meninggal bersama rekannya, Idhan Dhanvantari Lubis. Selanjutnya catatan selama ke Gunung Semeru lenyap bersamaan dengan meninggalnya Gie di puncak gunung tersebut.Soe Hok Gie sudah lama tiada, kini hanya tinggal kenangan berupa foto dan catatannya saja. Seorang yang INI sepenggal cerita tentang anak muda idealis, yang akrab dipanggil Hok Gie. Sekarang berganti dengan zaman dimana mahasiswa yang seperti dicucuk hidungnya. Mereka di haruskan untuk menyelesaikan studi demi embel-embel gelar, walaupun terkadang harus main belakang. Tidak ada lagi sosok seperti Gie, yang keras menentang ketidak adilan, ketidakbenaran. Mahasiswa sekarang kebanyakan seperti adem ayem saja. Mereka sibuk urusan masing-masing, masa bodoh dengan kecarut marutan. Seperti kata gie dalam kutipan catatan hariannya : "Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa…".
Masih adakah sosok idealis seperti Gie? yang mengatakan salah jika salah, mengatakan benar jika benar, walaupun harus diasingkan dan dan dikucilkan? Yah, mungkin diantara kita ada yang seperti itu, tapi kebanyakan dari kita idealisnya kritis. Ketika terdesak, idealisme itu kita campakkan dan berganti dengan hal-hal yang selama ini keras kita lawan (hipokrisis).
Saya teringat dengan ucapan Pak Prabowo yang beberapa waktu lalu saat pelatihan, kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi? Betul, jika orang baik tetap berdiam diri saja maka lihatlah orang -orang jahat itu akan terus berkuasa. Pesta rakyat Pemilu sebentar lagi, tentukan pilihan kita dengan hati nurani, bukan karena materi, atau juga karena pencitraan. Ingat, memilih lima menit, jika salah memilih rugi 5 tahun. Semoga muncul tokoh seperti Gie yang akan memimpin Indonesia untuk kembali menjadi negara yang disegani dunia, seperti zaman Soekarno dan Soeharto dulu
Tampilan terbaik menggunakan Google chrome dan Mozilla +5 layar 1280x854
ini sosok seorang yang harus di contoh juga,.. "seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran" bila ada orang sperti di indonesia pasti negara ini akan berubah jadi lebih baik dari sekrang...
ReplyDeleteMemang seperti itulah pemimpin yang baik, mungkin di Indonesia ini contohnya jokowi. Dengan kesederhanaan dan keluguannya dia memimpin jakarta menjadi lebih baik.
Delete@ehwansah Betul kwan, seandainya mahasiswa2 atau generasi muda sekarang seperti dia, mungkin akan ada tokoh2 yang akan mengubah indonesia menjadi lebih baik
Delete@Jefri Hemm, Jokowi? Dia hanya "boneka". Dibalik beliau banyak yang memainkan peran. Ibaratnya, beliau adalah alat untuk mencapai tujuan2 mereka. Jokowi hanyalah orang biasa, pencitraan terhadap dirinya yang berlebihan dari media massa para "penciptanya" membuatnya dia seolah sederhana dan baik. Jokowi belum berhasil mengubah jakarta lebih baik, itu semua butuh waktu. mau jadi presiden? Kenapa Jokowi tidak mau? karena dbalik beliau ada Orang yang mengendalikan dan ingin menjadi presiden itu.