6 Jun 2011

Rehat bersama kyai kocak _"kismin eh miskin"

“Hidup saya kok, selalu susah ya kyai”
“Jangan ngeluh. Ndak baik. Siapa tahu, itu cuma perasaan sampeyan saja”.
“Lha, kenyataan hidup saya memang susah terus kyai. Ndak pernah merasakan enak”.
“Moso sih? Mana ada orang ndak pernah merasakan enak. Jangan muna sampeyan”.
“Terserahlah kyai mau bilang apa. Yang merasakan kan saya sendiri, bukan kyai. Apa lagi anak saya tujuh. Halah … lieurrrrrrrrr”.
“Lha ya di sini sampeyan itu munafik”.
“Lho kok munafik?”
“Lha ndak enak kok, anak bisa sampe tujuh. Itu namanya mengingkari nikmat”.
“!???”

....................................

“Ya ndak usah melotot. Kyai kok diplototin. Kwalat sampeyan”.
“Bukan yang itu maksudnya. Kyai salah tangkap”.
“Lha sampeyan ndak ngasih tahu”.
“Allah kan pernah janji mau merubah nasib ummat-Nya. Tapi kenapa saya tetep miskin... susah, padahal sudah kerja keras.”
“Sekeras apa kerja sampeyan?”
“Lha saya sudah kerja keras. Tiap hari kerja keras. Saya jadi kuli panggul di pasar, itu kerja keras kyai”
“Sampeyan ora ngerti, zaman edan kaya gini, orang tidak cukup hanya kerja keras. Tapi juga harus kerja cerdas”.
“Halahh … kuli panggul saja kok, harus cerdas. Yang pada cerdas, malah pada korupsi. Sudah korupsi, kabur lagi. Pura-pura sakit. Pura-pura lupa. Huh …. Ndak adil. Yang jujur, tetep saja miskin”.
"Lha, sampeyan mau. Jadi kaya, tapi dijidat sampeyan ada tulisan “koruptor”?
“Ya ndaklah. Malu dunia akherat”.
“Lha itu ngerti. Sampeyan syukuri saja apa yang Allah beri. Yang penting sampeyan bisa ibadah. Kebutuhan keluarga sampeyan yang pokok, masih bisa dipenuhi. Apa upah kuli panggul ndak cukup untuk makan sehari-hari?”


....................................

“Ya kalo bicara sekedar cukup untuk makan dengan tahu dan tempe, ya cukup. Tapi kan saya juga pengen punya rumah. Ndak Ngontrak melulu”.
“Banyak juga yang ndak bisa makan walaupun hanya dengan tahu tempe. Banyak juga yang ndak sanggup ngontrak. Tidurnya di emperan. Lha sampeyan, anak punya tujuh, makan masih setiap hari. Kontrakan punya. Mau apa lagi?”
“Ya mau kaya. Saya pingin kaya kyai”.
“Ya salaaaaam. Sampeyan itu kaya, cuma sampeyan ndak sadar sampeyan itu kaya”.
“Ndak, saya miskin. Kyai cuma menghibur. Ndk mempan”.
“Ya sudah. Terserah sampeyan. Orang kok, ngotot ngaku miskin”.
“Saya ngaku miskin, karena saya ingin kaya. Kyai juga pasti tidak ingin miskin kan?”
“Ya ndak”.
“Kyai juga pengen kaya kan?”
“Ndak juga”.


....................................

“Lha, piye?. Miskin ndak mau. Kaya ndak mau. Maunya opo?”
“Maunya ya , ndak miskin ndak kaya”.
“Hidup model apa begitu? Orang kalo ndak miskin, ya kaya. Kalo ndak kaya, ya miskin. Hanya ada dua, miskin atau kaya”.
“Sampeyan tahunya cuma kaya-miskin, kaya-miskin. Lebih enak hidup pas-pasan”.
“Hwahahahahahaha …pas-pasan itu sama saja dengan miskin kyai. Saudara kembar”.
“Siapa bilang?”
“Saya. Apa enaknya hidup pas-pasan”.
“Wuenak. Serba menyenangkan. Hidup tenang. Ibadah tenang. Siang malam tenang”.
“Kyai kok, gombal”.
“Sampeyan yang akalnya ndak sampe”.
“Jangan menghina kyai. Walaupun saya miskin, saya juga manusia yang punya perasaan”.
“Perasaan sampeyan sudah tumpul. Ndak ngerti enaknya hidup pas-pasan”.
“Tulung dah, apa sih enaknya hidup pas-pasan”.
“Neee … pas pengen mobil bisa beli. Pas pengen rumah bisa beli. Pas pengen umroh bisa pergi. Pas pengen sedekah bisa memberi. Pas peng …..”.
“Sompreeeeeeeet!”.
Wkwkwkwkwkwkwk.


Tampilan terbaik menggunakan Google chrome dan Mozilla +5 layar 1280x854

9 comments:

  1. Wwkwkwkk kocak banget, apalagi pas terakhir-terakhirnya. :)

    ReplyDelete
  2. greeting for you
    oot udah ane pasang sob YPS yang penting share di cek ya
    konfirmasi kalau punya mba Dhana jangan Dhana blog ntar dimarahi yang punya lhoh pakai DHANA ARSEGA hehehee

    ReplyDelete
  3. Wkwkwkw.. numpang Ngakak gan :D

    ReplyDelete
  4. hahahaha adada aja :D

    ReplyDelete
  5. @all wkwkwkwkwkw
    @Dhana/戴安娜 oke mbak dhana wkwkwkw segera diedit

    ReplyDelete
  6. hahahhah keren sobat,

    ReplyDelete
  7. kalau aq percaya takdir itu bisa dirubah, dan kita (manusia) sendiri yang bisa merubahnya, Allah hanya menyediakan tinggal kitanya sendiri mau mengambilnya atau tidak, hanya maut takdir yang tidak bisa dirubah, Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila kaum tersebut tidak mau merubahnya sendiri

    ReplyDelete
  8. @Rizkyzonehohoho betul mastah rizky hehehe

    ReplyDelete